Mengajak Irwandi Yusuf Berinvestasi di Steemit

pesawat-irwandi_20170426_180130-02.jpeg

Pemerintah lumpuh dan media massa tidak berdaya lagi dihadapan media sosial. Saat ini, media sosial mengambil semua peran informasi, dan melalui informasi yang ada, para owner media sosial saling berlomba naik ke puncak orang-orang terkaya di dunia.

Bayangkan. hanya dalam waktu 1 menit ada 900 ribu orang login di facebook, ada 3,5 juta orang yang melakukan pencarian di google, ada 19 juta orang saling berkirim pesan, ada 4,1 juta yang melihat youtube, ada 452 ribu yang mengirim tweet. Berikutnya lihat grafis di bawah.

one-internet-minute (1).png Grafis

Dalam lalu lintas yang padat informasi itu tidak ada pihak yang menang jika beradu informasi di media sosial. Apapun yang disampaikan, selalu saja ada sisi kontroversialnya, yang jika makin dipertajam akan semakin panas dan akhirnya terjadi benturan yang menghabiskan waktu, melahirkan polarisasi yang tajam dan ujungnya terbangun perseteruan. Pepatah yang menang jadi arang, yang kalah jadi abu, juga berlaku di media sosial.

Siapa juga yang menang di media sosial? Jawabnya adalah owner media itu sendiri. Pada Juli 2017, kata media Kumparan, total kekayaan Mark Zuckerberg adalah 66,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 887,1 triliun.

Dia merupakan orang terkaya keenam di dunia dan satu-satunya miliarder berusia 30 tahun-an yang berhasil masuk dalam peringkat 10 besar.

Steemit, media positifkan Aceh
Kini, dunia sudah memiliki media baru, media yang dengan konten dan distribusi pendapatannya akan menyongsong dunia baru, dunia yang lebih adil, dunia yang dipenuhi oleh konten-konten positif, apresiatif, solusi, dan futuristik.

Di Indonesia, media ini langsung disambut oleh anak-anak muda di Aceh yang menjadikan warong kopi sebagai markas besar kerja mereka. Melalui goresan mesin ketik moderen di laptop dan gadget para Gerilyawan Kopi inilah Aceh dikenal secara positif.

Selama saya online di media ini, belum terbaca post yang menjelek-jelekkan Aceh atau yang menggambarkan betapa tidak amannya Aceh.

Hampir tiap saat di media yang didirikan oleh @Ned Scoot ini muncul kabar tentang Aceh, alamnya, sejarahnya, flora dan faunanya, dan ragam lainnya. Bahkan, aktivitas gubernur Aceh juga dikabarkan kepada dunia, baik dalam bahasa Inggris maupun dalam bahasa Indonesia atau bilingual.

Steemit bukan sekedar media sosial biasa. Kerja para steemian mengkreasi konten mendapat pembayaran lewat proses up-vote. Jadi, tidak sama seperti menulis pesan facebook, yang hanya mendapat like. Ini artinya, ada banyak anak-anak Aceh yang dengan usahanya sendiri dari waktu ke waktu tidak lagi tergantung pada ekonomi daerah yang bersumber dari APBA dan APBN.

Saya membayangkan, jika saja di steemit ada beberapa investor Aceh atau investor pro steemian Aceh maka akan makin banyak konten-konten positif tentang Aceh yang bisa di akses oleh dunia luar. Bersediakah Irwandi Yusuf mengajak beberapa orang temannya di Aceh, di nasional, dan di dunia untuk berinvestasi di media blockchain Steemit?

Sungguh, kita tidak bisa menutup media sosial lainnya yang sudah ada, kita juga tidak cukup bijak menahan orang lain untuk bicara yang tidak kita suka, satu-satunya cara elegan adalah mengajak kekuatan positif bergabung dalam satu misi bersama, yaitu mempositifkan Aceh di mata dunia. Dan itu, steemit solusinya.

Jika Irwandi Yusuf bersedia, kami cukup siap menjelaskan apa itu steemit, prosfeknya, keuntungannya, dan peran strategis steemit sebagai media mempromosikan Aceh, plus media yang dapat dipakai untuk memberi pendapatan kepada warga Aceh khususnya anak-anak muda yang kemampuan mengkreasi konten dapat dilatih. []

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
56 Comments