Hello Steemians, Saya di Sini

Foto_Adi Warsidi.jpg
Sudah lama saya mendengar @Steemit, dari pembicaraan kawan-kawan yang sebagian besar telah bergabung lama di jejaring sosial itu. Pembicaraan tak melulu saat tatap muka, juga lewat percakapan di lintas maya.

“Saya belum tertarik.” Begitu jawaban saya saat mereka bertanya sudahkan memiliki akun steemit. Mereka menjelaskan keuntungan yang bisa diraih, ketimbang media sosial lainnya. Kisah-kisah terus mengalir ikut mempengaruhi saya yang diam-diam mempelajari.

Beberapa kawan saya tanyakan, siapa mereka yang telah lama bergabung di sana. Beberapa nama disodorkan, salah satunya senior saya @ayijufridar. Saya membuka akunnya dan melihat artikelnya. Saya mulai tertarik.

Kawan sekaligus senior lainnya, @zainalbakri pernah saya tanyakan langsung tentang steemit. Dia sangat bersemangat menjelaskan hal-hal yang menguntungkan di sana. Selain bisa menulis dan menabung tulisan, juga bisa menabung uang. Saat sama-sama menguji kompetensi para wartawan Aliansi Jurnalis Independen di Lhokseumawe, Oktober 2017 lalu, Zainal juga menyiapkan beberapa tulisannya di #steemit dan dipamerkan ke saya.

Sebulan setelahnya, giliran @teukukemalfasya mengagetkan saya, saat kami sama-sama mengikuti evaluasi terhadap kerja bersama menyeleksi anggota Panwaslu seluruh Aceh. Dia ternyata juga aktif di #steemit. Suka duka menjadi tim seleksi dituliskan di blognya.

Pertengahan Januari 2018, saya bertemu kawan @RismanRachman yang telah menjadi motivator untuk para steemians di Banda Aceh. Saya banyak bertanya untuk tekad saya bergabung. Saya pikir tak rugi mencoba, mungkin hanya sedikit menyita waktu. Lagi pula, para senior saya seperti Ayi, Zainal, Kemal dan Risman adalah orang-orang hebat di dunia nyatanya. Dan mereka juga hebat di dunia maya. Banyak lagi kawan saya di sini, ada @acehpungo (Taufik AlMubarak) dan @masriadi serta banyak lagi.

Tak butuh waktu lama setelah bertemu Risman, saya membuat akun, mendaftarkan diri dan empat hari kemudian saya resmi punya akun dengan nama Adi Warsidi atau @abuarkan. Nama abuarkan berarti ayahnya Arkan, anak lelaki saya.

Saya adalah penulis yang belasan tahun bekerja sebagai jurnalis maupun menulis buku. Punya pengalaman meliput #konflik Aceh dan meliput bencana #tsunami Aceh maupun proses rehabilitasi dan rekontruksi setelahnya.

Pengalaman meliput konflik Aceh kemudian ikut dibukukan yang juga melibatkan Ayi Jufridar sebagai penulisnya. Sementara meliput pascatsunami Aceh, banyak tulisan saya yang termuat di Tempo, salah satu media ternama di Indonesia. Juga ikut menyumbang tulisan ke Asahi Shimbun, koran ternama di Jepang. Lagi-lagi di koran itu, Ayi Jufridar juga ikut menulis tentang Aceh.

buku.jpg

Selain menulis, aktif juga sebagai pengisi materi-materi jurnalistik di kampus-kampus maupun lembaga lainnya di Aceh. Menyukai traveling dan sepakbola, saat ini saya tinggal di Banda Aceh, Indonesia bersama istri dan dua anak saya.

Kendati baru bergabung di steemit, saya merasa tak asing. Sama halnya seperti masuk ke rumah sendiri yang telah lama ditinggalkan. Maklum saja, di sana berkumpul kawan-kawan yang siap membimbing kapan saja, seperti yang terjadi selama ini. Begitulah lazimnya dunia dan sosial, kita tak akan pernah merasa sendiri.

lingkungan.jpg

Salam untuk para steemian, saya telah di sini. []
Adi Warsidi (@abuarkan)

Sumber foto: Dok Pribadi

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
47 Comments