Sebuah artikel menarik disampaikan @kitablempap mengenai komunitas. Dia mempertanyakan kembali untuk apa komunitas ada. Tentu saja yang kita bicarakan di sini adalah komunitas di Steemit, bukan yang lain. Pertanyaan ini menjadi relevan dengan kondisi kekinian di tengah banyaknya perbedaan pendapat mengenai komunitas, dengan segala dinamika yang ada.
Dengan bahasa lugas, @kitablempap menyampaikan pertanyaan yang paling fundamental dalam sebuah komunitas. Untuk apa komunitas ada?
Berikut link tulisan @kitablempap: https://steemit.com/apreciation/@kitablempap/for-what-communities-are-in-steemit-or-untuk-apa-komunitas-komunitas-di-steemit-75423c265740b
Sebagai kurator Indonesia, saya sudah beberapa kali menulis tentang pentingnya komunitas dengan segala persoalannya. Komunitas terbangun karena persamaan kepentingan, ideologi, hobi, dan sebagainya. Atau bisa juga karena berada dalam wilayah sama. Lebih kurang, karena latar belakang seperti itulah Komunitas Steemit Indonesia (KSI) terbangun.
Bahwa banyak ketidakpuasan dalam sebuah komunitas, itu adalah keniscayaan. Saya juga pernah menyinggung masalah itu. Komunitas yang terbangun ini, penuh dengan orang berbagai karakter, orientasi, kepentingan. Tentunya banyak dinamika yang terjadi. Apalagi, sesama komunitas banyak yang tidak pernah bertemu sehingga belum saling mengetahui karakter masing-masing.
Kontak atau silaturahim sesama komunitas hanya terjadi melalui komunikasi teks di postingan Steemit yang sering kali disalahpami. Maklumlah, tidak semua kita memiliki kemampuan baik dalam hal menulis. Tak heran kalau mau menyampaikan tentang A, malah dipahami Z. Kalau dipahami B, itu sih masih dekat. Terkadang, intonasi dan interpretasi dalam pesan teks diterjemahkan sesuai dengan suasana hati orang yang membaca. Kalau sedang baik, baiklah pesannya. Kalau pikiran yang baca sedang karut-marut, maksud baik dalam pesan teks pun bisa kacau. Berbeda jauh dengan maksud dari pengirim pesan. Itu sudah pernah terjadi.
Saya sering mengingatkan, komunitas jangan hanya dinilai dari vote saja. Di bawah KSI misalnya, banyak komunitas yang terbangun berdasarkan hobi seperti menulis, travel, trading cryptocurrency, fotografi, dan sebagainya. Mereka juga saling vote meski memiliki badge berbeda di bawah postingan. Badge itu pun bukan suatu keharusan. Banyak anggota komunitas yang tidak memakainya. Yang pakai barangkali biar terlihat keren, yang belum atau tidak pakai mungkin karena tidak ingin terlihat berlebihan. Terserah masing-masing pribadi.
Dinamika yang terjadi biarlah menjadi catatan untuk memperbaiki agar manfaat komunitas ini bisa kita optimalkan. Kritik dan masukan membangun seperti yang disampaikan @kitablempap tetap diperlukan sebagai bahan kajian. Sekali lagi terima kasih kepada @kitablempap dan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada.
Demikian sedikit respon dari saya mengenai Komunitas Steemit Indonesia, meski @kitablempap tidak menyebutkan secara eksplisit komunitas dimaksud. Mengenai komunitas lain, tentunya bukan kapasitas saya untuk meresponnya.
Salam dari Komunitas Steemit Indonesia: