HARI ini saya mendengar cerita seorang teman yang akan mudik ke kampung halamannya, dari Jakarta ke Sumatera. Menggunakan jalur transportasi udara.
Rumah teman ini di Depok, dia berangkat menuju Terminal III, Sukarno Hatta. Setiba di bandara, baru saja turun dari Grab, dia langsung panik. Dua anak dan istrinya turut panik. Penyebabnya, pintu belakang rumah lupa terkunci.
Dia juga lupa mematikan listrik. Lalu, dengan tergesa-gesa dia merogoh saku, mengambil handphone dan menghubungi seorang tetangganya. Sialnya, sang tetangga sudah berangkat ke Bandung pagi hari.
Terakhir, membatalkan penerbangan tak mungkin. Terlanjur besar biaya yang dikeluarkan untuk membeli tiket Garuda Indonesia. Dia mencoba mencari solusi ke costumer service. Agar bisa diberi tiket pada penerbangan malam hari, namun tak perlu mengganti biaya. Sayangnya, maskapai plat merah itu tak mau mengabulkan permintaannya.
Dengan panik, dengan keringat, dengan susah payah, dia pun berangkat ke Medan bersama keluarganya. Mudik yang mendebarkan. Sedangkan pintu belakang rumah masih berstatus tak terkunci.
Tetangganya, baru kembali esok pagi ke Depok. Praktis, satu hari pintu itu terbuka begitu saja.
Selama sehari semalam pula berdebar jantungnya. Membayangkan akan kehilangan harta benda oleh pencuri yang masuk ke dalam rumah. Beruntung, dua hari kemudian dia menerima kabar, bahwa tak ada barang yang hilang. Tetangga yang baik itu telah membuat kunci baru untuk pintu rumahnya.
Cerita di atas menjadi pelajaran bagi seluruh kita yang akan mudik. Tak perlu buru-buru. Pastikan seluruhnya sudah aman. Semisal, apakah pintu sudah benar-benar terkunci.
Apakah sudah beres urusan kabel listrik. Ada baiknya, colokan listrik seluruhnya di kosongkan. Kita tak pernah melakukan audit kabel listrik, padahal kabel itu ada batas pemakaiannya.
Sehingga kerap terjadi arus pendek listrik yang menjadi penyebab kebakaran. Nah, bagi para pemudik, tetap fokus. Tentukan jadwal, lalu berkemaslah sesegera mungkin. Jangan hari ini berangkat, hari ini berkemas, maka akan ada yang kelupaan. Bukankah mudik sebuah ritual untuk kebahagiaan. Jangan sampai berubah menjadi tragedi kepanikan. Nah, selamat jalan bagi para pemudik seluruh tanah air.