Mapolres Aceh Barat, di Kepung Orang Kampung

IMG_20180722_224724.jpg
(Massa penuhi depan Mapolres)

Hai teman, jumpa kembali kita! Kali ini, saya ingin mengkisahkan peristiwa unik berasal dari daerah saya, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Tadi siang (MInggu 22 Juli 2018), Mapolres daerah setempat, dikepung seratusan lebih masyarakat dari Desa Aleu Bakong dan Aleu Lhok, Kecamatan Bubon.

Layak seperti aksi demontrasi spektakuler lainnya, di Aceh. Jika baru-baru ini Aceh sedang heboh unjukrasa pelepasan BW dari tangan KPK. Tapi yang ini berbeda. Massa terdiri dari pria dan wanita, berusia anak sampai sangat tua, turun ke ruas jalan Swadaya, Kota Meulaboh, Aceh Barat. Ada juga yel-yel “Bebaskan empat warga kami!” ehm, ada apa gerangan ya? tenang sobat, saya bakalan mencoba mencari tahu.

IMG_20180722_224912.jpg

Rangkuman informasi lapangan, ternyata empat orang warga Desa Aleu Bakong, sedang diamankan aparat Polres Aceh Barat, karena terlibat kasus pengerusakan atau mengobrak-abrik rumah MD, pria lanjut usia yang dituding penduduk desa itu, sebagai tukang santet. “Dari 200-an Keluarga (KK) Desa Aleu Bakong, sedikitnya tiga KK yang belum terkena santet,” kata seorang demontrasi, yang turut dibenarkan massa lainnya.

Mendengar penjelasan massa, sepintas terlintas keanehan dibenak saya, “ada-ada saja ini!” Di jaman milenial masih mempercayakan hal demikian!?! Lagi seorang pria bernama Anwar mendekati saya, dan mencoba menjelaskan beragam jenis penyakit yang diterima warga Aleu Bakong, seperti: perut gembung, kemaluan membesar, kesurupan, dan lain-lain.

Saya masih belum yakin. Kembali saya mencari tahu, dari mana warga tahu jika MD pelakunya. ” Dari setiap warga kesurupan, kami tanya siapa yang mengirim kamu (makluk halus). Selalu dijawab si MD yang kirim,” sambung massa lainnya.

IMG_20180722_231502.jpg

Ternyata, efek penjelasan dari makhluk halus, membikin emosi warga memuncak, sampai berujung mendatangi kediaman MD sambil mengobrak-abrik rumahnya. Masalah ini tak sampai disini. Rupanya MD keberatan dengan tindakan kekerasan warga, sampai melaporkan kasus ini kepada aparat Kepolisian.

Dari sejumlah nama yang diberikan MD, empat warga Aleu Bakong terpaksa harus berurusan dengan aparat. Berikut nama-nama itu, Sukur, Nasrul, Muslim, dan Afrizal. Makanya di depan Mapolres Aceh Barat sempat terdengar lengkingan teriakkan “Bebaskan empat warga kami.”

Kapolres Aceh Barat AKBP Bobby Aria Prakasa yang berada dalam kantor, bergegas turun ke jalan menemui pengunjukrasa. Namun baru satu detik AKBP Bobby memijakan kaki di tengah kerumunan massa, kembali teriakan “bebaskan empat warga kami,” dan disusul “jika tidak, kami tidak akan pulang dari sini. Allahu Akbar!” langsung saja seorang pria menjerit tadi di bawa petugas, karena dinilai dapat memprovokasi.

“Ini mau selesaikan masalah, atau mau tambah masalah?” Tanya Kapolres kepada massa. Jika ingin masalah ini selesai, maka silakan pulang ke rumah masing-masing dan tinggal tuha Peut, Kepala Desa, tokoh masyatakat, tokoh pemuda, dan beberapa perwakilan warga.

IMG_20180722_230554.jpg
(Kapolres berhasil bujuk pulang massa)

Mendengar bujukan Kapolres, awalnya massa menolak untuk pulang, sambil berujar tetap akan berada di depan Mapolres, sebelum empat warga Aleu Bakong dibebaskan.

Namun, AKBP Bobby berujar, jika warga tetap memenuhi depan kantor Mapolres, bagaimana Polisi dapat bekerja untuk mencari solusi terbaik menyelesaikan konfik di tengah masyarakat kampung ini. “Silahkan pulang dulu, saya akan mencari solusi terbaik,” pintanya.

Ehm, boleh juga si Kapolres Aceh Barat ini, karena berhasil merayu massa untuk membubarkan diri. akhirnya, massa kembali ke Aleu Bakong bersama empat mobil dalam pengawalan petugas Polisi.

IMG_20180722_164513.jpg
(Proses mediasi damai)

Dalam ruang gedung Mapolres, telah hadir Wakil Bupati Aceh Barat, Dandim 0105 Aceh Barat, Ketua MAA Aceh Barat, dan sejumlah perwakilan massa yang ditunjuk tinggal untuk berdiskusi. “Semoga saja tercapai kesepakatan damai, bisik AKBP Bobby kepada saya usai Shalat berjamaah.”

Teman steemians, mari kita dukung dengan doa, supaya dialok tersebut mampu melahirkan sebuah kesepakatan terbaik, bagi semuanya. Jika tidak, tentu kondisi “tudingan santet” pemicu konflik demikian, tidak bisa dibiarkan, apalagi sampai dianggap kasus sepele. Karena jika sampai terjadi gesekkan bentrok fisik lanjutan, pasti bakalan memakan korban jiwa. Sekian.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
3 Comments