Munawir Abdullah
TEMAN-TEMAN berdasarkan data yang saya dapatkan dari Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA). Angka deforestasi (kerusakan hutan) di Aceh mengalami penuruan untuk periode 2016 – 2017. Luas kerusakan hutan Aceh untuk periode 2016 – 2017 seluas 17.333 hektar (ha). Sedangkan dua tahun sebelumnya, yaitu; pada tahun 2015 angka kerusakan hutan Aceh mencapai 21.000 hektar (ha). Ada penurunan sekitar 3.667 hektar (ha), atau sekitar 17,46%.
Pun demikian masih berdasarkan data dari HAkA, Aceh Utara merupakan daerah terbesar angka kerusakan hutan untuk tahun 2017. Aceh Utara mengalami kerusakan hutan seluas 2.348 hektar (ha) atau sekitar 13,5 %, kedua Aceh Tengeh seluas 1.928 hektar (ha) atau sekitar 11,1% dan yang ketiga Aceh Selatan seluas 1.850 hektar (ha) atau sekitar 10,7%. Kondisi tersebut berbanding lurus dengan peningkatan banjir yang terjadi di Kabupaten Aceh Utara pada akhir tahun 2017 yang lalu.
Data tersebut menjadi masukan sebagai bahan eveluasi untuk Kabupaten Aceh Utara dalam memperbaiki kerusakan kawasan hutan. Salah-satu langkah dan upaya untuk memperbaiki kawasan hutan yang ada di Aceh Utara adalah melalui Review terhadap Qanun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Aceh Utara. Public harus mendukung rencana tersebut sebagai upaya untuk penyelamtan kawasan hutan di Aceh.
Kalaupun tidak diperluas kawasan hutan yang perlu dilindungi dalam Review RTRW, setidaknya kawasan yang telah dilindungi tersebut jangan dikurangi.
Solusi lain untuk menyelamatkan kawasan hutan di Kabupaten Aceh Utara melalui penindakan tegas bagi pelaku perambahan hutan. Dan memperketat pemberian izin pemanfaatan kawasan hutan terhadap pihak pengelola.
Bila pun izin yang sudah ada, maka Pemerintah harus memperketat melakukan pengawasan terhadap operasional di lapangan. Bila kedapatan perusahaan yang bergarak di bidang pemanfaatan kawasan hutan melakukan kegiatan yang dapat merusak lingkungan, harus diberikan sanksi yang tegas. Bila perlu bagi perusahaan yang melakukan pelanggaran harus dicabut izinnya.
