Selamat beraktifitas sahabat stemians, semoga anda dalam keadaan sehat wal afiat. Amin.
Ini merupakan kisah nyata dari penulis dan bukan rekayasa. Saya bukan mau menarik perhatian dari sahabat, cuma ingin berbagi kisah dan pengalaman.
Di awal Januari 2015 aku mengenal seseorang yang sempat mengisi kehidupanku. Awal perkenalan aku berjumpa dengan dia di sebuah warung di ibukota Aceh Utara. Tanpa sengaja aku meliriknya, raut wajahnya terasa beda ketika aku melihatnya. Seakan-akan itu sebuah pertanda. Tapi aku belum tahu apa maksud dari senyumannya. Sejam berlalu, dia masih juga senyum ketika aku menatapnya. Ach, apa gerangan semua ini kataku dalam hati. Aku coba untuk memberanikan diri untuk menyapanya. Bolehkah aku menemanimu, dan apa mengganggu. Dia cuma mengangguk menandakan iya aku bisa bergabung dan semeja dengannya. Kucoba untuk memperkenalkan diri dan kutanya namanya. Namaku "R...P..." jawabnya. Aku mulai memuji dari namanya sampai tutur katanya yang sopan dan lembut. Sampai kami tertawa terbahak-bahak tanpa menghiraukan orang disekitar.
Hari demi hari terus berlanjut, perkenalan kami semakin dekat. Hampir tiap minggu aku janjian untuk berjumpa dengannya. Tepat 3 bulan perkenalan kami, sepertinya dia cocok untukku. Aku coba untuk merayunya dan ingin mengungkap curahan hati yang telah kupendam, tapi aku takut dia menolakku. Rasa yang kupendam tidak dapat kubendung lagi, dalam hatiku berkata "jodoh tidak akan kemana, kalaupun dia menolakku aku harus siap menerimanya dan yang penting berusaha".
Keesokan aku mengajaknya untuk bertemu di suatu tempat dan dia mengiyakan ajakanku. Sebelum dia sampai, aku mulai risau. Disatu sisi aku senang bisa berjumpa dengannya dan bisa mengutarakan isi hati, disisi yang lain aku takut mendengar jawaban dia menolakku. Selang 10 menit dia sampai ditempat kami janjikan. Aku mulai mengobrol hangat dengannya dan bermacam rayuan maut kukeluarkan, hingga 2 jam berlalu tidak terasa. Hingga saatnya untuk aku katakan perasaanku kepadanya. Aku mulai jujur padanya, isi hati yang selama ini kupendam dari awal perkenalan sampai sekarang. Cuma dia tidak mengatakan iya atau tidak tentang apa yang telah aku utarakan. 15 menit berlalu dia tidak mengatakan sepatah pun kata, hingga aku menanyakan padanya salahkah aku yang mencintaimu.
R...P... susah untuk menjawab pertanyaanku. Dia cuma mengatakan "aku minta waktu 1 minggu" untuk pertanyaanmu hingga kami beranjak pulang. Setelah beberapa hari perasaanku terasa was-was akan jawaban apa nanti yang akan diberikan R...P... padaku, karena selama ini kami tidak berkomunikasi. Tepat 11 April 2015, waktu 1 minggu yang dia janjikan telah tiba dan dia menghubungiku untuk bertemu di tempat yang sama-sama telah kami sepakati. Aku duluan sampai dan perasaanku tidak karuan untuk mendengarkan jawaban yang selama 1 minggu aku tunggu. Tidak berselang lama dia juga sampai dan langsung mengiyakan pertanyaan yang selama ini aku tunggu. Senang bercampur bahagia rasanya, karena apa yang aku tunggu dia mengiyakan juga.
Bersambung
Kalau anda menyukai postingan saya silahkan di upvote dan ikuti @amryksr untuk bisa melihat postingan saya selanjutnya di feed anda.