Anakku Seorang Pahlawan

Selamat beraktifitas sahabat Stemians dimanapun anda berada, semoga anda dalam keadaan sehat wal afiat.
Pada kali ini saya akan berbagi sebuah cerita, semoga bisa bermanfaat kepada sahabat Stemians. Selamat membaca...

Di dalam suatu kelas di salah satu sekolah ada 20 orang murid, setiap kenaikan kelas, anakku selalu mendapat ranking ke 18. Lama kelamaan, ia dijuluki dengan panggilan nomor 18. Sebagai orangtua, kami merasa panggilan ini kurang enak didengar, namun anehnya anak kami tidak merasa keberatan dengan panggilan ini.


school-2207393_640.jpg


Source Picture


Pada sebuah acara keluarga besar, kami berkumpul bersama di sebuah restoran. Topik pembicaraan semua orang adalah tentang jagoan mereka masing-masing. Anak-anak ditanya apa cita-cita mereka kalau sudah besar?

Ada yang menjawab jadi dokter, pilot, arsitek, bahkan presiden. Semua orang pun bertepuk tangan. Tapi anak kami terlihat sangat sibuk membantu anak kecil lainnya makan. Semua orang mendadak teringat, kalau hanya dia yang belum mengutarakan cita-citanya. Didesak orang banyak, akhirnya dia menjawab:
"Saat aku dewasa, cita-citaku yang pertama adalah menjadi seorang guru TK, memandu anak-anak menyanyi, menari, lalu bermain-main."

Demi menunjukkan kesopanan, semua orang tetap memberikan pujian, kemudian menanyakan apa cita-citanya yang kedua. Dia pun menjawab:
"Saya ingin menjadi seorang ibu, mengenakan kain celemek bergambar Doraemon dan memasak di dapur, kemudian membacakan cerita untuk anak-anakku dan membawa mereka ke teras rumah untuk melihat bintang."

Semua sanak keluarga saling pandang, tanpa tahu harus berkata apa. Nampak raut muka isteriku pun terlihat canggung sekali. Sepulangnya kami kembali ke rumah, isteriku mengeluhkan ke padaku, apakah aku akan membiarkan anak kami kelak hanya menjadi seorang guru TK?


food-for-education-885870_640.jpg


Source Picture


Anak kami sangat penurut, dia tidak lagi membaca komik, tidak lagi membuat origami, tidak lagi banyak bermain. Bagai seekor burung kecil yang kelelahan, dia ikut les belajar sambung menyambung, buku pelajaran dan buku latihan dikerjakan terus tanpa henti.

Sampai akhirnya tubuh kecilnya tidak bisa bertahan lagi terserang flu berat dan radang paru-paru. Akan tetapi, hasil ujian semesternya membuat kami tidak tahu mau tertawa, atau menangis, tetap saja rangking 18. Kami memang sangat sayang pada anak kami ini, namun kami sungguh tidak memahami akan nilai di sekolahnya.


asia-1782430_640.jpg


Source Picture


Pada suatu minggu, teman-teman sekantor mengajak pergi rekreasi bersama. Semua orang membawa serta keluarga mereka. Sepanjang perjalanan penuh dengan tawa, ada anak yang bernyanyi, ada juga yang memperagakan kebolehannya. Anak kami tidak punya keahlian khusus, hanya terus bertepuk tangan dengan sangat gembira. Dia seringkali lari ke belakang untuk mengawasi bahan makanan, merapikan kembali kotak makanan yang terlihat sedikit miring, mengetatkan tutup botol yang longgar, atau mengelap wadah sayuran yang meluap ke luar. Dia sibuk sekali, bagaikan seorang pengurus rumah tangga cilik.

Ketika makan, ada satu kejadian tak terduga. Dua orang anak lelaki teman kami, satunya si jenius matematika, satunya lagi ahli bahasa Inggris berebut sebuah kue. Tiada seorang pun yang mau melepaskannya, juga tidak mau saling membaginya. Para orang tua membujuk mereka, namun tak berhasil. Terakhir anak kamilah yang berhasil melerainya dengan merayu mereka untuk berdamai.

Ketika pulang, jalanan macet. Anak-anak mulai terlihat gelisah. Anakku membuat guyonan dan terus membuat orang-orang di dalam mobil tertawa tanpa henti. Tangannya juga tidak pernah berhenti, dia mengguntingkan berbagai bentuk binatang kecil dari kotak bekas tempat makanan. Sampai ketika turun dari mobil bus, setiap orang mendapatkan guntingan kertas berbentuk hewan masing-masing dan mereka terlihat begitu gembira.


kids-909715_640.jpg


Source Picture


Selepas ujian semester tiba, aku menerima telpon dari wali kelas anakku. Pertama-tama, mendapatkan kabar kalau rangking sekolah anakku tetap saja 18. Namun, dia mengatakan ada satu hal aneh yang terjadi pada anakku. Hal yang pertama kali ditemukannya selama lebih dari puluhan tahun mengajar. Dalam ujian bahasa indonesia, ada sebuah soal ujian tambahan. Dalam soal itu tertera:

SIAPA TEMAN SEKELAS YANG PALING KAMU KAGUMI DAN APA ALASANNYA?

Dan jawaban dari semua teman sekelasnya anakku, tak ada satu pun jawaban yang berbeda. Mereka serentak menuliskan nama anakku. Mereka mengatakan, karena anakku sangat senang membantu orang lain, selalu menghibur, selalu memberi semangat, dan enak diajak berteman.

Sang Wali Kelas memberi pujian.

"Anak bapak ini kalau bertingkah laku terhadap orang, benar-benar nomor satu". Tak berselang berapa lama, aku mencandai anakku dan berkata padanya.

"Suatu saat kamu akan jadi pahlawan."

Anakku yang sedang merajut selendang leher tiba-tiba menjawab.
"Ibu guru pernah mengatakan sebuah pepatah, ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan."

Dia lalu melanjutkan.
"Ayah... Aku tidak mau jadi pahlawan. Aku mau jadi orang yang bertepuk tangan di tepi jalan saja."

Aku terkejut mendengarnya. Dalam hatiku pun terasa hangat seketika. Seketika hatiku tergugah oleh anakku. Di dunia ini banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi seorang pahlawan, jadi orang-orang hebat, atau orang terkenal. Namun anakku memilih untuk menjadi orang yang tidak 'terlihat'. Seperti akar sebuah tanaman, tidak terlihat, tapi dialah yang mengokohkan, dialah yang memberi makan dan dialah yang memelihara kehidupan yang lain.


children-602967_640.jpg


Source Picture


Dari cerita yang saya posting tersebut, dapat saya simpulkan bahwa "Hidup itu bukan semata-mata untuk menunjukan siapa yang paling penting, siapa yang paling berperan, atau siapa yang paling hebat, tapi sederhana saja, siapa yang paling bermanfaat bagi yang lain".

Isi postingan ini ada beberapa bagian yang saya ambil dari artikel annasahmad.wordpress.com dan saya tambahkan dengan isi pemikiran saya. Semoga membawa inspirasi bagi sahabat Stemians khususnya.

Kalau sahabat menyukai postingan saya silahkan di upvote dan ikuti @amryksr untuk bisa melihat postingan saya selanjutnya di feed anda.


Follow Me @amryksr

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
30 Comments