The Past is The Past, Let's Make A New History For a Better Future (bilingual)

A couple of days ago, I saw a couple had a fight on the street in front of an elementary school near my office. They were yelling to each other so loud and has invited a lot of people gathered to find out what was happening. Two young children, who apparently their sons, were crying nearby. It was the most scary movie for every children.

Beberapa hari yang lalu, saya melihat sepasang perempuan dan laki-laki sedang berkelahi di jalan di depan sekolah SD dekat kantor. Mereka teriak satu sama lain dengan sangat keras sehingga mengundang banyak orang berkerumun untuk mengetahui apa yang terjadi. Dua orang anak kecil, yang ternyata anak mereka, dan keduanya menangis. Apa yang terjadi adalah film paling mengerikan bagi semua anak-anak.

foto keluarga.jpg
100% original Family In Doodle

I could not help myself not to get involve, even though it was not my business. I was thinking about the children, especially after I saw that man, the father of this kids, pushed the mother until she was down to the ground. I told them that they better solve their problems and they could have their kids back in the police station. Their acts could be accused as a violence, verbal abused, and mental abused, that is criminal and against the law. All unpleasant acts including verbal abuse can be reported as an abused and its criminal.

Saya tidak bisa menahan diri untuk tidak terlibat, meskipun itu bukan urusan saya. Yang saya pikirkan adalah anak-anak itu, apalagi waktu saya melihat pria itu, ayah dari anak-anak tersebut, mendorong ibu mereka hingga terhempas ke tanah. Saya meminta mereka untuk menyelesaikan masalah mereka, dan mereka dapat mengambil anak mereka kembali di kantor polisi. Apa yang sudah mereka lakukan adalah kekerasan, kekerasan verbal, dan kekerasan terhadap mental yang termasuk kriminal dan melanggar hukum. Semua perbuatan tidak menyenangkan termasuk yang dilakukan secara verbal dapat dilaporkan sebagai tindakan kekerasan dan perbuatan kriminal.

Some people tried to help the mother and hold the father hand. They asked them to stop, and I took their children away. Of course they disagree with what I did, but the people around them were helping me. They did not stand to see the kids see what was going on, and understand that was not good at all.

Beberapa orang mencoba menolong ibu tersebut dan memgang tangan pria itu. Mereka diminta untuk berhenti berkelahi dan saya membawa anak mereka pergi. Tentunya mereka tidak setuju dengan apa yang saya lakukan tetapi orang-orang di sana membantu saya. Mereka juga tidak tahan melihat anak kecil harus melihat semua itu dan mengerti bahwa bila dilanjutkan maka akan sangat tidak baik.

I sent this kids to stay in the nearby coffee shop and asked the owner, who is a friend of mine, to help me comforting them. I got back to the street and told both of this parents to calm down and talk before the police come over, it could be worst. I told them that I am marital consultant, and I can help if they want to get help.

Saya menitipkan anak-anak itu di sebuah kedai kopi dan meminta pemiliknya, yang juga kawan saya, untuk membantu menenangkan anak-anak ini. Saya lalu kembali ke jalan dan meminta kedua orang tua itu tenang dan bicara sebelum polisi datang, dan itu akan menjadi lebih buruk lagi situasinya. Saya beritahu bahwa saya adalah seorang konsultan pernikahan dan saya dapat membantu jika mereka ingin dibantu.

It took a while to cool their hearts and brains, and finally they were willing to sit down. Both of them were crying. I found out they were divorced a few months ago, and agree to take care the children together. This father was having a long weekend, and willing to take the children out of the city for awhile. But, the mother disagree and did not let the children go with their father. She wants to keep the children for herself, since she was so angry to her ex husband who cheated on her. She said he was not a good father, and do not have rights to take the children even though that had an agreement.

Butuh waktu untuk menenangkan hati dan pikiran mereka, dan akhirnya mereka berdua pun bersedia untuk duduk. Mereka menangis. Saya akhirnya tahu bahwa mereka baru saja bercerai beberapa bulan lalu dan sepakat untuk mengurus anak bersama. Ayah anak-anak itu sedang punya waktu banyak selama akhir pekan dan ingin mengajak anak-anaknya pergi berjalan-jalan ke luar kota. Tetapi, ibu anak-anak itu tidak setuju membiarkan anak-anak pergi dengan ayah mereka. Dia ingin anaknya hanya bersama dia karena sangat marah pada ayah anak-anaknya setelah ketahuan selingkuh. Dia merasa bahwa pria itu bukan ayah yang baik dan tidak memiliki hak untuk mengasuh anak walaupun sudah ada dalam kesepakatan bersama.

This kind of “drama” is not something new for me, it happens to a lot of divorced couple. Most people can not separate their anger with priority, and they deny that there is no ex children or ex parents, only ex wife and ex husband that exist. Money and obligations were the core of this problems, since sometimes both are forget about their obligations to the children, especially man who already got married with someone else and woman who have new lovers. Both were prioritized “the new one” instead of their children. Of course this is not happening to all, but most cases are because of this issue.

Drama seperti ini bukan hal baru bagi saya, lumayan sering terjadi pada pasangan yang bercerai. Kebanyakan orang tidak bisa memisahkan marah dan prioritas, dan mereka menolak mengakui bahwa tidak ada bekas anak atay bekas orang tua, yang ada hanya bekas istri atau bekas suami. Uang dan kewajiban sering menjadi inti dari masalah ini, karena seringkali keduanya lupa akan kewajiban terhadap anak, terutama pria bila sudah menikah lagi dan perempuan jika sudah memiliki kekasih baru. Mereka cenderung memprioritaskan yang baru dibandingkan dengan anak-ana mereka. Tentunya tidak selalu demikian, tetapi banyak kasus terjadi karena hal ini.

I asked their family to pick up the children to make them comfortable, and let this parents to have time to talk. Violence and anger will not solve any problems, and they have to talk heart to heart with clear mind and heart, otherwise they are going to hurt their childrens. If they both love them so much, then they have to talk nicely. Do not let children to learn violence and have a big trauma that affecting their mental and behaviour in the future. That is not good at all.

Saya meminta keluarga mereka untuk menjemput anak-anak itu agar membuat nyaman dan memberikan waktu kepada kedua orang tua ini untuk bicara. Kekerasan dan marah tidak akan menyelesaikan masalah apapun, dan mereka harus bicara dari hati ke hati dengan pikiran dan hati yang jernih, kalau tidak, mereka akan menyakiti terus anak-anak mereka. Jika mereka benar mencintai anak-anak mereka, tentunya mereka bisa bicara baik-baik. Jangan biarkan anak belajar kekerasan dan memiliki trauma besar yang mempengaruhi mental dan perilaku mereka di masa depan. Sama sekali tidak baik.

Well, I can understand the pressure of current situations and conditions, especially about the financial, but that should not be the reasons we can do whatever we want for ourselves. Hate and hatred, anger for what happened before should be solved by ourself. We should be able to move forward and do not let ourselves leave on the old times. The past is the past and nothing could changed what already happened. Let by gone be by gone. We must respect the history but le’ts make a new history for a better future.

Dapat dimengerti tekanan yang ada pada situasi dan kondisi saat ini, terutama dalam hal keuangan, tetapi itu tidak seharusnya menjadi alasan kita bisa seenaknya saja melakukan apa saja yang kita mau untuk diri kita sendiri. Benci dan kebencian, kemarahan atas apa yang sudah terjadi harus diselesaikan oleh diri kita sendiri. Kita harus bisa maju ke depan dan jangan membiarkan diri terikat atas apa yang terjadi di masa lalu. Masa lalu ya masa lalu dan tidak ada yang bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Kita harus menghormati sejarah tetapi lebih baik kita membuat sejarah baru untuk masa depan yang lebih baik.

Think further, think about the future. We all want to have a better world and a better future, especially for our children. It should be fine for us to fight and struggle, work hard and think hard in smart way with honour and dignity. We all are obliged to do the right thing no the do want we want to do. Just make sure we all can be a good parents and wise enough to teach our childrens the right things.

Pikirkan lebih panjang, dan pikirkan masa depan. Kita smeua ingin memiliki dunia yang lebih baik dan masa depan yang lebih baik, terutama untuk anak-anak kita. Seharusnya biasa saja bila kita harus berjual dan berupaya, kerja keras dan berpikir kuat dengan cara yang pintar dengan rasa hormat dan harga diri. Kita semua wajib melakukan hal yang benar bukan yang kita mau. Pastikan kita adalah orang tua yang baik dan cukup bijaksana untuk mendidik anak-anak kita hal-hal yang benar.

Bandung, 2 Desember 2017

Warm Regards - Salam hangat selalu,

Mariska Lubis

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
41 Comments