Mayor Jenderal Tgk Amir Husin Al-Mujahid Tokoh Revolusioner Kemerdekaan RI di Aceh (Bagian) I

image

Berdasarkan catatan silsilah keluarga yang dikisahkan nya sendiri itu menyebutkan bahwa nenek moyang tgk Amir Husin Al-Mujahid dari pihak ayahnya berasal dari negeri Persia. Karena terjadinya perselisihan keluarga dalam upaya perebutan kekuasaan, maka nenek moyangnya memilih meninggalkan negeri Persia menuju kearah Timur sehingga Kapal yang ditumpanginya terdampar di kawasan Aceh Besar, sedangkan rombongan yang lain terdampar ke wilayah Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Sedangkan keturunan dari pihak ibunya berasal dari Negeri Yaman. (Ali Hasyimi, Majalah Sinar Darussalam, Banda Aceh, 1982 Hal 487).

Ayahanda Tgk. Amir Husin Al-Mujahid bernama Amir Sulaiman Bin Amir Abbas Bin Amir Amrullah bin Amir Hidayat, nama terakhir ini yang berasal negeri Persia, sedangkan Ibunda nya bernama Cut Manyak Binti Muhammad Yusuf Bin Syeh Yakob bin Syeh Abdurrahman beliu nama yang terakhir ini berasal dari negeri Yaman.

image

Tgk Amir Husin Al-Mujahid lahir pada tahun 1900 Masehi di Desa Blang Guci, Idi, Ayahanda nya meningal dunia ketika beliu masih dalam kandungan ibunya Cut Manyak. Terlahir sebagai anak yatim diberi nama Muhammad Husin.

Ibunda nya Cut Manyak mengasuh Tgk Amir Husin Al-Mujahid dan kakaknya Fatimah dengan penuh kasih sayang, meski kondisi ekonomi keluarganya yang serba kekurangan dari nenek ya Cut Meurah dijadikan nya modal untuk menjual kue dan makanan lainnya. Pada masa kecil Tgk Amir Husin Al-Mujahid diberikan pendidikan agama islam dengan harapan kelak dapat menjadi anak yang berguna bagi agama, masyarakat dan bangsa.

Pada tahun 1907 di kawasan Blang Guci telah menjadi pusat perdagangan hasil bumi seperti Pinang, Karet, Lada, Kopra dan lain sebagainya, apalagi dengan adanya kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda membangun jalan transportasi kereta api dari Kota Idi kekawasan Blang Guci untuk me dukung kelancaran pengangkutan hasil bumi untuk selanjutnya dipasarkan keberbagai daerah. Ketika sudah berusia 7 tahun Tgk Amir Husin Al-Mujahid bersama teman-temannya memanfaatkan waktu untuk membantu pedagang menimbang dan memilih hasil bumi yang diperdagangkan, dengan demikian beliu bersama kawan-kawan lainnya diberi upah oleh pedagang.

Sebutan nama depan "Amir" diperoleh ketika berusia remaja pada waktu beliu berada didalam tahanan kerajaan Tanjung Pura Langkat karena terlibat kasus penganiayaan terhadap petugas pengawal kerajaan, sedangkan nama belakang "Al-Mujahid" diperolehnya dari pemberian temannya Ali Hasyim ketika itu masih belajar bersama kawan nya di Sumatera Barat, pemberian nama tambahan dibelakang nama ini berkaitan dengan aktivitas Tgk Amir Husin Al-Mujahid yang sangat gigih memajukan pendidikan agama islam dan berhasil menentang pengkafiran ajaran ulama medernis Syeh Muhammad Abdul dan Jamaluddin Al-Afghani oleh sebagian ulama tradisional, mengenai penambahan nama depan dan nama belakang tersebut.

Sebagai sentra perdagangan hasil bumi dikawasan desa Blang Guci sering dijadikan tempat pelatihan para gerilyawan Mujahiddin dalam menyusun strategi dan kekuatan untuk melawan pemerintah Kolonial Belanda. Situasi ini di mungkin kan karena ada kebijakan Ampon Chik Idi Teuku Hanafiah meminta agar Pemerintah Belanda tidak memperketat patroli kekawasan Blang Guci, kondisi yang demikian dimanfaatkan oleh para pejuang Mujahiddin yang berasal dari luar daerah seperti Pidie, Pase dan daerah lainnya singgah untuk beristirahat serta mengatur strategi perang melawan tentara Belanda.

Tgk Amir Husin Al-Mujahid dimasa kecilnya bersekolah dasar di Veervoloek School di Idi, kadangkala diwaktu senggang dimanfaatkan untuk datang ke markas pejuang Mujahiddin yang sedang berlatih pembinaan mental dan strategi perjuangan, karenanya sering mendengarkan doktrin anti Belanda, anti kafir dan semangat cinta agama dan tanah air.

Barang kali akibat sering mendengar dan melihat pelatihan pengemblengan terhadap para pejuang Mujahiddin tersebut maka Tgk Amir Husin Al-Mujahid yang umurnya sudah mulai tumbuh remaja secara tidak langsung sudah tertanam semangat perjuangan melawan penjajah dan semangat fisabilillah.

Pada tahun 1914 ketika umur 14 tahun bersama kawan-kawan nya memimpin demonstrasi anti pedagang asing yang datang membeli hasil bumi ke Blang Guci semua barang milik orang asing dirampas dan para pedagang asing di pukul bersama teman-teman nya. Tindakan itu dilakukan karena terdorong oleh doktrin yang sering di dengarnya bahwa harta benda dan darah orang kafir halal hukumnya. Akibat perbuatan anarkis tersebut Tgk Amir Husin Al-Mujahid beserta kawan-kawan nya dipanggil oleh penguasa Belanda (Conteleur) di Idi serta dijatuhi hukuman penjara selama 15 hari karena dianggap memimpin kerusuhan.

Tgk Amir Husin Al-Mujahid memiliki watak yang keras, pemberani, tegas dan setia kawan. Sejak tumbuh sebagai remaja watak tersebut terlihat dalam pergaulan sehari-hari, ketika sudah berumur 15 tahun beliu berangkat meninggalkan Blang Guci belajar agama islam ke pesantren Pulo Iboh Peusangan dibawah pimpinan Tgk Ahmad Abet Rayeuk, dua tahun kemudian pindah belajar ke dayah Cot Meurak Bireuen dibawah pimpinan Tgk Chik Muhammad Amin. Sewaktu di dayah tersebut beliu bersama santri lainnya mempelopori permainan sepak bola di kalangan santri yang sebelumnya belum pernah dilakukan pimpinan di dayah bertanya kepadanya "buat apa dibuat lapangan bola kaki?" lalu dijawab oleh Tgk Amir Husin Al-Mujahid "untuk olah raga gerak badan, supaya santri-santri disini sehat badan" akhirnya pimpinan dayah tidak melarang kegiatan sepak bola. Tgk Amir Husin Al-Mujahid termasuk santri yang cerdas dalam belajar, beliu dengan cepat menguasai pelajaran yang diberikan terutama ilmu fiqih, mantik, nahu, tauhid, alquran dan hadis serta ilmu pengetahuan agama islam.

Pada tahun 1924 Tgk Amir Husin Al-Mujahid belajar kedayah Indra puri pada Tgk H. Hasballah Indra puri. Setahun kemudian tepatnya pada tahun 1925 bersama beberapa teman-teman nya diberi tugas untuk mencari sumbangan untuk melanjutkan pembangunan pesantren tersebut. Tugas itu dilaksanakan dengan penuh keberanian dan tanggungjawab, perjalanan di mulai dari Sumatera Utara sampai ke Lampung selanjutnya menyeberang ke pulau Jawa dan Singapura. Dalam perjalanan mencari dana untuk pembangunan dayah banyak suka duka yang di alami nya bersama kawan-kawan, tetapi tetap bersemangat dan tidak pernah mengeluh demi tercapai cita-cita membangun dayah tempat mereka menuntut ilmu.

Setiba di Pulau Jawa di manfaatkan beliu untuk menemui Sultan Aceh yang diasingkan oleh pemerintah Belanda, ketika bertemu dengan Sultan Aceh bertanya kepada Tgk Amir Husin Al-Mujahid dan kawan-kawan nya apa maksud kedatangan mereka, dengan singkat dijelaskan bahwa mereka hanya mencari sumbangan untuk pembangunan dayah dan memberitahukan cita-cita nya ingin memimpin perlawanan terhadap pemerintah Belanda di Aceh. Mendengar maksud dan tujuan mereka Sultan sangat terharu. Selanjutnya Tgk Amir Husin Al-Mujahid bertanya kepada Sultan "apakah benar Sultan sudah menyerah kepada Belanda", Sultan menjawab memang benar beliu telah menyerah karena para Ulee Balang tidak sepakat lagi dan banyak yang menyerah dan berpihak kepada Belanda tapi Sultan tidak pernah menyerah kan kedaulatan Aceh kepada pemerintahan Belanda.

Bersambung...

By:@iskandarishak

image

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
2 Comments