Meetup yang Sederhana dan Gembira

Kisah berbeda dari Pojok Steemit di TIM Jakarta. Dari rapat kurasi puisi, obrolan Steemit hingga baca puisi dan menyanyi.

image

Kami bertemu di tempat itu-itu juga: sebuah pojok di gerbang Taman Ismail Marzuki. Posisinya di sebelah kiri di antara dua tiang besar plaza pusat kesenian Indonesia itu. Persis di lapak kopi Cak Muhammad. Kami menyebutnya Pojok Steemit. Sebab di situlah kami biasa nongkrong sambil ngobrol tentang Steemit dan #promo-steem dan Steemit. Begitupun Sabtu sore tadi, 28 April 2018. Kami tiba di sana lepas Magrib.

Awalnya kami rapat tentang kurasi puisi untuk Festival Sastra Bengkulu. Kami (saya @musismail, Iwan Kurniawan @blogiwank dan Willy Ana @willyana) melakukan finalisasi hasil kurasi puisi untuk FSB yang diadakan di Bengkulu pada 13-15 Juli 2018. "Direncanakan saat itu juga kita adakan Meetup Steemit dan peresmian KSI Chapter Bengkulu," kata @willyana, Ketua Panitia #FSB2018.

Adapun kurator FSB 2018 adalah Ahmadun Yosi Herfanda @ahmadunyh, Iwan Kurniawan @blogiwank dan saya. Namun Ahmadun tidak bisa hadir dalam rapat terakhir ini karena ia sedang di Bayuwangi, Jawa Timur. "Saya serahkan kepada bertiga untuk memutuskan," pesan Ahmadun sebelum berangkat beberapa hari lalu. Sebenarnya proses kurasi sudah selesai beberapa waktu lalu, cuma ada beberapa hal yang menjadi "perdebatan" di antara kami. Tapi semua pembicaraan akhir itu berjalan mulus dan lancar. Hasil kurasi pun telah diumumkan oleh Ketua Panitia FSB Willy Ana dalam tulisannya berjudul Hasil Kurasi Puisi Sukarno, Cinta dan Sastra Bengkulu | Selected Poems for Bengkulu Poetry Book (Bengkulu Literary Festival)

image

Saat masih rapat, Pilo Poly @apilopoly, Ketua KSI Chapter Jakarta datang. Ia juga kami minta membantu di tim sponsorship FSB. Namun karena rapat tadi membahas kurasi, ia lebih banyak menyimak perdebatan kami dalam menghadapi sejumlah puisi yang dibahas. Sesekali ia menyelutuk jika perdebatan menegang demi mencairkan suasana. Sesekali tawa pun pecah.

Tak lama, penyair asal Palembang, Arco Transept muncul. Ia membawa buku puisi terbarunya. Usai rapat kurasi, pembicaraan beralih ke Steemit. "Aku belum bisa nih bang. Tidak dapat verifikasi lewat telepon." Ini hal yang ganjil, tentu. Biasanya verifikasi lewat handphone seketika. Tapi boleh jadi kasus seperti ini. Kami pun meminta Arco untuk bersabar. Obrolan menyentuh apa saja. "Steemit itu mirip games. Bisa bikin kita candu. Cuma ini games buat orang dewasa," kata @blogiwank. "Aku mau nulis soal ini nanti."

Saya lalu menanggapi. "Benar. Reputasi di Steemit mirip level di games. Ini sangat menantang agar kita terus mengisi konten agar reputasi kita terus naik," kata saya. Willy Ana menimpali. "Makanya sebagian orang Steemian melakukan apa saja demi menaikkan reputasi," ujarnya. "Reputasi memang menggoda." Pilo Poly seperti tersadar. "Iya ya, reputasi mirip leveling di games."

image

Obrolan melebar ke mana-mana, sampai soal blockchain segala. "Tadi malam kami resmi menamakan salah satu sudut warung kopi kecil di depan kantor Tempo sebagai Pojok Blockchain," kata saya. Di sana kami biasa duduk ngopi sambil pesan mie instan atau makanan ringan lainnya untuk ngobrol soal bloging, cryptocurency hingga teknologi blockchain. "Gurunya Ngarto Februana," ujar @blogiwank. Ngarto sebetulnya sastrawan (penulis cerpen dan novel). Ia editor video di Tampo Channel. Tapi ia adalah sangat piawai soal pasar modal, pasar berjangka, cryptocurency, blockchain, dan sejenisnya.

Tapi obrolan kami di Pojok Steemit tak melulu serius. Sesekali kami bercanda dan tawa pun pecah. Nah tadi sore, @willyana membawa micropon bluetooth portabel -- di gagang mic itu sekalian ada speakernya. "Kalau diskusi dan meetup Steemit tidak besar mic ini bisa dipakai," ujarnya. "Kalau suaranya mau lebih besar mic ini bisa disambungkan ke speaker handphone,"" ujarnya sambil mendemontrasikan penggunaannya.

Ia lalu mengambil buku puisi Arco dan membacakan salah puisi di dalamnya diiringi musik dari telepon genggam. Nah, @pilopoly dengan sigap merekamnya dan mengunggahnya ke situs berbagi video Youtube. Adapun Iwank membantu Pilo menerangi arena itu dengan senter dari telepon genggamnya. Sehingga wajah Willy Ana yang membaca puisi menjadi jelas. Saya memotret peristiwa itu -- meskipun tak terlalu jelas.

Bukan hanya membaca puisi, @willyana juga kemudian menyanyikan beberapa lagu. Ia tetap bersemangat menyanyi meski gerimis yang kemudian menjadi hujan besar membuat kami harus pindah lokasi ke teras Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki. Di tingkahi suara hujan, klakson mobil dan guntur, Willy terus menyanyi. Seolah tak berhenti. Seolah @willyana sedang menghilangkan kesedihannya. Pasalnya, dalam perjalanan ke Taman Ismail Marzuki tas kesayangannya jatuh dan terseret jauh oleh sebuah sepeda motor pengendara lain. Ia sangat sedih. Luapan kesedihannya dituangkan dalam tulisan berjudul Tragedi Tas Burberry. Puisi dan nyanyian memang benar-benar membuatnya riang.

JAKARTA-DEPOK, 29 April 2018
MUSTAFA Ismail
@musismail

#steemitjakarta #ksichapterjakarta #steemitbudaya #tamanismailmarzuki #tim #jakarta #cikini

BACA JUGA

Steemit for Fun: KSI Jakarta Making Video | Mari Ber-Steemit dengan Gembira, KSI Jakarta Menjajal Video

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
7 Comments