Source: pixabay
MIRACLES will always be present in someone’s life. For people in any part of the world, steemit and being steemian is a miracle in another form. Before all the miracles of steemit discussed, @bullionstackers and @paul-gillbanks comes with a further miracle, by giving the steemian a chance to have three magical beans.
For me personally, magic and miracles pour out of my mind. It was really magical when I was required to give a view of the three magic beans I wished. If supposing the three magic beans are in the form of steem, what would I do?
1. First Magic Bean
To face the first magic bean, I will not be grandiose. In real life, continuously depend on miracles is not a wise choice. Fortuna or goddess of luck will not always be present every second. Hunger often can never be solved with magical things. So when I get three magic beans, the thing that comes to mind with the first magic bean is to use it to relieve hunger.
2. The Second Magical Bean
After the hunger disappears, I'll just think of the second magic bean. It's time I thought about using this second magic nut as a seed. I will plant this second magic bean in the yard. I choose a yard so I can easily maintain and take care of it. Besides, the results of the bean plant from this second magic seed will serve as the fulfillment of my life in the years to come. Because as I said above, constantly living by relying on miracles is so naive. So there is no other way than to use this second magic bean for capital to meet the necessities of life before I die.
3. The Last Magical Bean
Once the hunger is over. After the daily needs of life are answered. Now it's time I think about the investment problem by relying on the third magic bean. The investment will certainly produce something in the form of financial material. The question is, where should I bring the impact of investment? when I am free from hunger. While all the necessities in the rest of my life are guaranteed to exist. As I mentioned above, in the end I will die. Moving away from my belief; there is nothing I can bring to the grave except the charity I have done in my life. So the financial result of this third magic bean investment would be the capital for charity.
So that's it. The three magic beans given by the magical heart ones that will certainly be used to make miracles in other forms. Although the sequence of three magic beans seems rather pragmatic, I think, this is the way I can do according to my physical abilities and my mind right now. With no hypocrisy, today's personal needs and life-sustenance are become my first and second priorities, of course, I can not conclude that I am too selfish. But I think more realistically, that struggling for the sake of others while the problem itself is still unresolved leads to distress for the people we want to help. So why should grandiose to help them, if my own life is still needs someone’s hand?
Tiga Kacang Ajaib dari @bullionstackers dan @paul-gillbanks: Aku Tidak Akan Muluk-muluk
source: pixabay
KEAJAIBAN akan selalu hadir dalam kehidupan seseorang. Bagi netizen di belahan dunia manapun, steemit dan menjadi steemian adalah keajaiban dalam bentuk lain. Belum lagi keajaiban steemit selesai dikupas tuntas, @bullionstackers dan @paul-gillbanks datang membawa keajaiban lanjutan, dengan memberikan kesempatan kepada para steemian untuk memiliki tiga biji kacang ajaib.
Bagi aku pribadi, ajaib dan keajaiban jadi saling bertumpuk dalam pikiran. Benar-benar ajaib jadinya, ketika aku dituntut untuk memberikan pandangan akan kukemanakan tiga kacang ajaib itu tadi. Jika diandaikan ketiga kacang ajaib tersebut dalam bentuk steem, kira-kira aku akan melakukan apa?
1. Kacang Ajaib Pertama
Untuk menghadapi kacang ajaib pertama, aku tidak akan muluk-muluk. Dalam kehidupan nyata, melulu bergantung pada keajaiban bukanlah pilihan bijak. Keberuntungan atau dewi fortuna tidak akan selalu hadir setiap detik. Rasa lapar kerap tak pernah bisa diselesaikan dengan perkara-perkara ajaib. Jadi ketika mendapat tiga kacang ajaib, hal yang terpikirkan olehku dengan kacang ajaib pertama adalah menggunakannya untuk menghilangkan rasa lapar yang ada.
2. Kacang Ajaib Kedua
Setelah rasa lapar hilang, baru aku akan memikirkan kacang ajaib kedua. Inilah saatnya aku memikirkan untuk menggunakan kacang ajaib kedua ini sebagai benih. Akan kutanam kacang ajaib kedua ini di halaman rumah. Tempat ini kupilih tidak lain agar aku bisa mudah menjaga dan merawatnya. Di samping pula, hasil dari tanaman kacang dari benih ajaib kedua ini akan kujadikan sebagai pemenuhan kebutuhan hidupku pada tahun-tahun selanjutnya. Karena seperti kukatakan di atas, terus-terusan hidup dengan bergantung pada keajaiban adalah senaif-naifnya hidup. Maka tidak ada jalan lain selain menggunakan kacang ajaib kedua ini untuk modal memenuhi kebutuhan hidup sebelum aku mati.
3. Kacang Ajaib Terakhir
Setelah rasa lapar selesai. Setelah perkara kebutuhan hidup sehari-hari terjawab. Kini saatnya aku memikirkan masalah investasi dengan mengandalkan kacang ajaib ketiga. Yang namanya investasi tentu akan menghasilkan sesuatu berupa materi finansial. Pertanyaannya, akan kukemanakan hasil investasi yang berwujud materi finansial itu sementara aku sudah terbebas dari rasa lapar, sementara segala kebutuhan dalam sisa hidupku sudah terjamin keberadaannya? Sebagaimana telah kusinggung di atas tadi, pada akhirnya aku akan mati. Beranjak dari keyakinan yang kuanut; tidak ada apa pun yang bisa kubawa ke kubur kecuali amal yang pernah kukerjakan selama hidup. Maka hasil finansial dari investasi kacang ajaib ketiga inilah yang akan kujadikan modal untuk beramal.
Jadi begitulah. Tiga kacang ajaib yang dikasih oleh orang-orang berhati ajaib tentu akan kugunakan untuk membuat keajaiban dalam bentuk lain. Meski urutan penggunaan tiga kacang ajaib itu agak terkesan pragmatis, kupikir, inilah caranya yang bisa kulakukan sesuai kemampuan fisik dan pikiranku saat ini. Tak munafik, kebutuhan pribadi hari ini dan jaminan kebutuhan hidup selanjutnya menjadi prioritasku yang pertama dan kedua tentu tidak bisa disimpulkan bahwa aku ini terlalu egois. Tapi aku lebih berpikir secara realistis saja, bahwa berjuang demi orang lain sementara persoalan sendiri masih belum terselesaikan malah berujung pada kesusahan bagi orang yang ingin sedang kita bantu. Jadi kenapa harus muluk-muluk; aku akan membantu si ini, aku akan menolong si itu, jika kehidupanku sendiri saja masih perlu dibantu orang lain?