Eskimo Folktales #10 - Wifeless Man and The Wizzard | Si Bujang Melawan Penyihir

Seorang penyihir merebut istri seorang bujang. Si bujang menantangnya dalam pertarungan memanah.


Source: Pixabay

Isigâligârssik adalah seorang bujangan dan sangat kuat. Seorang lelaki lain di desanya adalah penyihir.

Isigâligârssik dibawa untuk tinggal di sebuah rumah dengan banyak saudara lelaki. Mereka semua sangat menyayanginya.

Ketika penyihir hendak melakukan upacara pemanggilan roh, seperti biasa dia berteriak melalui jendela: "Hanya pria yang sudah menikah dapat datang dan mendengar." Ketika mereka, yang ingin menyaksikan upacara pemanggilan roh, keluar, seorang janda kecil dan putrinya bersama Isigâligârssik selalu tinggal bersama di rumah.

Suatu kali, ketika semua orang sudah keluar untuk menyaksikan sang penyihir, seperti biasa ketiga orang ini ditinggalkan bersama di rumah. Isigâligârssik duduk di dekat lampu kecil di bangku samping di tempat kerja.

Tiba-tiba dia mendengar putri janda itu mengatakan sesuatu di telinga ibunya. Kemudian ibunya berbalik ke arah Isigâligârssik dan berkata: "Gadis kecil ini ingin memilikimu."

Isigâligârssik juga ingin memilikinya. Dan, sebelum yang lain pulang, mereka sudah menjadi suami-istri. Teman-teman serumahnya sangat senang dengan ini.

Keesokan harinya, segera setelah hari gelap, si penyihir menyeru seperti biasa: “Hanya pria yang sudah menikah dapat datang dan mendengar.” Dan Isigâligârssik, yang sebelumnya tak beristri, sekarang merasa sangat berhasrat untuk menonton si penyihir melakukan upcara pemanggilan roh. Tetapi, begitu dia masuk, penyihir besar itu berkata kepada istri Isigâligârssik: "Kemarilah."

Ketika istri Isigâligârssik: duduk, penyihir menyuruhnya melepaskan sepatunya dan kemudian menggantungnya di jemuran. Kemudian mereka melakukan pemanggilan roh. Saat ucpacara itu berakhir, sang penyihir berkata kepada Isigâligârssik: "Pergilah sekarang. Kamu tidak akan pernah memiliki istri kecil tersayang ini lagi.”

Isigâligârssik pulang tanpa istri. Dia kini harus hidup tanpa seorang istri. Dan setiap kali ada upcara pemanggilan roh dan dia datang, penyihir akan berkata: "Ho, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu yang tidak punya istri."


Source: Internet Archive

Kemarahan tumbuh perlahan dalam dirinya. Suatu sekali ketika dia pulang setelah diusir penyihir, dia berkata: "Penyihir itu telah mengejekku, tapi lain kali bila dia bertanya lagi, aku akan tahu harus menjawab apa."

Penduduk lain memperingatkan dia dan berkata: "Tidak, tidak. Kamu tidak harus menjawabnya. Jika kamu menjawabnya, maka dia akan membunuhmu.”

Suatu malam ketika penyihir jahat itu mengejeknya seperti biasa, Isigâligârssik berkata: "Ho, tunggu dulu. Bagaimana dengan kamu yang membawa istriku pergi?"

Si penyihir berdiri tegak dengan marah. Ketika Isigâligârssik membungkuk untuk keluar lewat pintu, penyihir itu mengambil pisau dan menikamnya.

Isigâligârssik berlari cepat pulang dan berkata kepada ibu mertuanya: "Cepat pergi sekarang dan ambil baju yang kupakai saat aku masih kecil. Ada di dalam peti di sana." Menurut kepercayaan orang Eskimo, baju pertama yang dipakai seorang anak dapat menjadi obat luka jika digunakan lagi ketika sang anak sudah dewasa.

Ketika ibu mertuanya mengeluarkannya, baju itu sangat kecil sehingga tidak terlihat seperti baju sama sekali, tapi baju itu sangat cantik. Dia memerintahkan mertuanya mencelupkan baju itu ke ember berisi air. Setelah basah, dia pun bisa mengenakannya. Saat tali di bagian bawah baju menyentuh lukanya, luka itu pun sembuh.

Sementara itu, teman-temannya keluar rumah dan mengira akan menemukan mayatnya terbaring mati di depan pintu masuk. Dia tak ada di sana. Mereka lantas mengikuti jejak tetesan darah dan akhirnya masuk ke rumahnya. Mereka melihat dia sudah tidak luka lagi dan semua sangat senang karena dia sudah sembuh. Lalu dia berkata: "Besok aku akan pergi memanah bersamanya."

Kemudian mereka tidur. Esoknya Isigâligârssik membuka kopor kecilnya dan menggeledahnya. Dia mengeluarkan busur yang sangat kecil sehingga hampir tidak terlihat. Dia menarik busur itu dan pergi keluar. Dia berkata: "Ayo keluar sekarang dan saksikanlah."

Penduduk desa itu keluar dan dia pergi ke rumah si penyihir dan memanggil melalui jendela: “Orang besar di sana, keluarlah sekarang dan ayo memanah!”

Isigâligârssik pergi dan berdiri di tepi sungai kecil. Ketika dia berbalik untuk melihat sekeliling, penyihir itu sudah berada di depan rumahnya dengan panah yang mengarah ke Isigâligârssik.

"Kemarilah," kata penyihir.

Isigâligârssik meludah lurus di samping kakinya. "Kemarilah," katanya.

Lalu Isigâligârssik melangkah mendekati si penyihir dan berhenti tepat di hadapannya.

Si penyihir mengarahkan panah ke arahnya. Penduduk desa berseru kepada Isigâligârssik: "Mengecillah!" Isigâligârssik membuat dirinya begitu kecil sehingga hanya kepalanya yang bisa terlihat bergerak maju-mundur. Penyihir itu menembak dan meleset. Dia menembak lagi dan tetap meleset.

Isigâligârssik berdiri dan mengambil panah dan mematahkannya. "Pulanglah. Kamu tidak bisa menembak,” katanya.

Si penyihir melangkah pergi, berbalik beberapa kali untuk melihat ke sekeliling. Akhirnya, ketika dia membungkuk untuk masuk ke rumahnya. Isigâligârssik membidiknya. Mereka hanya mendengar suara sesatu jatuh. Anak panah itu sangat kecil tapi ketika ditembakkan kekuatannya berlipat ganda sehingga penyihir itu tersungkur.

Isigâligârssik memenangkan istrinya lagi dan mereka kemudian hidup bersama sampai mati.



Cerita ini diterjemahkan dari "Isigâligârssik" di Eskimo Folk-Tales yang disunting oleh Knud Rasmussen (Gyldendal : 1921) dengan sejumlah modifikasi. Versi asli dalam bahasa Inggris dapat dibaca di Project Gutenberg.

This is my Eskimo Stories Project. I translate Eskimo Folk-Tales (Gyldendal : 1921) into Bahasa Indonesia to introduce Eskimo art and culture to Indonesian and Malay-spoken language readers. There will be more than 50 stories I will publish. If I have enough money, I plan to print them in a book format. You can support me by upvote and resteem this post. I receive any donation for this project. Read all stories in tag #eskimofolktales.


#blogiwankwriting #ksijakarta #jakarta #indonesia #steemitbudaya #steem #steemit #budaya #life #culture #writing #story #literature #literary #book #eskimo #inuit #alaska #polar


Recent Posts


I hope you like my work. Please upvote and resteem this post and follow @blogiwank if you support me.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now