Sempat Mencekam, Kini Kampung Aleu Bakong Mulai Tentram Lagi

image

Sahabat steemians, saya ingin melanjutkan menulis kisah lanjutan kasus konflik dukun santet yang sempat menghebohkan masyarakat Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Mengapa tidak, sebab kediaman sang tukang santet sempat diobrak-abrik massa yang termakan emosi memuncak.

Pada postingan sebelumnya, saya mengabarkan informasi, kasus warga merusak kediaman MD, pria lanjut usia yang dituding warga sebagai dukun santet. @denysatika/mapolres-aceh-barat-di-kepung-orang-kampung

Pada post ini, kembali saya berupaya melanjutkan tulisan tentang perkembangan kasus tersebut. Pada Desa Aleu Bakong, Kecamatan Bubon, Aceh Barat, mulai Senin 23 Juli 2018, terlihat kembali tenang dan nyaman. Biarpun ada sedikit pandangan sinis, tapi secara perlahan mulai bias!

Jika sebelumnya, aroma mencekam akan potensi kekerasan dapat saja terjadi kapanpun. Lantaran sejumlah masyarakat masih memendam emosi serta kecemasan terhadap MD, yang disinyalir sebagai tukang santet.

Kini, semuanya berangsur-angsur mulai berakhir dan tenang, usai Minggu 22 Juli 2018 petang, kasus meneror dukun santet berakhir dengan niat “damai.” Dua orang anak MD, yakni M. Wali dan Adnan, kembali bersalaman serta berpelukan dengan empat orang pelaku teror, adalah Sukur, Nasrul, Muslim, dan Afrizal.

image
(Perdamaian Tercipta)

Entah apa yang terjadi, seandainya proses perdamaian tidak tercipta. Berbagai potensi tetap saja, berpeluang dapat terjadi, lantaran emosi warga telah sangat memuncak terhadap MD yang digadang-gadangkan sebagai pelaku penebar santet.

Untung saja, Kapolres Aceh Barat AKBP Bobby Aria Prakasa berhasil mensiasati proses perdamaian antara kedua belah pihak. Sehingga MD resmi mencabut pengaduannya dari dalam buku Laporan Polisi (LP). Jika tidak, tentu saja konflik akan terus masih berlanjut, dan empat warga Aleu Bakong, resmi mendekam dalam sel tahanan Polisi. “Kesepakatan perdamaian telah tercipta. Masalah ini akan dituntaskan melalui jalur kampung,” kata Kapolres Aceh Barat AKBP Bobby.

image
(Perdamaian tercipta)

Ia mengaku sempat khawatir, melihat kondisi konflik sosial terjadi di tengah masyarakat Desa Aleu Bakong dengan MD. Salah satu langkah yang harus ditempuh, dengan segera mendamaikan kedua belah pihak, supaya bibit-bibit konflik dapat benar-benar lenyap pada kampung itu.

Meskipun demikian, AKBP Bobby, sangat tidak mendukung ada tindakan masyarakat Desa Aleu Bakong yang menegakkan hukum dengan cara main hakim sendiri, tapi jusru malah melanggar hukum sendiri, karena mereka telah mengobrak-abrik kediaman MD. “Jika ada masalah yang meresahkan di tengah masyarakat, jangan langsung main hakim sendiri. Itu salah. Sangat bertentang dengan hukum,” argumennya.

Ia mengharapkan, jika kembali ada ‘keresahan’ yang memancing emosional warga, dapat terlebih dahulu melaporkan kepada Muspika dan Forkopimda. “Minimal lapor kepada Majelis Adat Aceh (MAA) Kabupaten yang juga berwenang menangani masalah seperti ini,” pinta Kapolres.

Seorang pemuda Desa Aleu Bakong, M. Zaini (29), sangat mendukung proses damai yang tercipta, antara kedua belah pihak. Ia memohon insiden demikian tidak kembali terulang di desanya.”Kalau kami pemuda, serba salah. Tapi kami tetap di sebelah yang ramai. Tapi kami sangat mendukung perdamai ini,” katanya.

image

Jika kedamaian lanjutan telah tercipta, setelah terpenuhi berbagai point kesepakatan maka pihak desa akan melakukan pesijuk untuk menyalamkan kembali antara MD dan empat orang pelaku pengerusakan. Sekian.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
10 Comments