Bandung is the capital city of West Java provence, the most populous provence in Indonesia. Bandung itself is the third largest city in Indonesia and the winner of Smart City in Indonesia. From Fashion, Food, Education, Art and Creativity to Tourism, all are unite in Bandung and become the identity. As welknown as the Education City and Paris Van Java, Bandung is the best place for smart and creative individual who dare to be themselves and have the best original identity.
Bandung adalah ibukota Propinsi Jawa Barat, propinsi dengan populasi terpadat di Indonesia. Bandung sendiri adalah kota terbesar ketiga di Indonesia dan menjadi juara Smart City di Indnesia. Mulai dari fesyen, makanan, pendidikan, seni dan kreatif hingga pariwisata, semuanya bersatu di Bandung dan menjadi identitas. Sebagai kota yang juga dikenal sebagai Kota Pendidikan dan Paris Van Java, Bandung memang tempat terbaik bagi individu yang cerdas dan kreatif, yang berani untuk menantang diri untuk menjadi pribadi yang memiliki identitas kepribadian yang original.
Private collection.
I was born in Bandung and stayed over there until 14 years old, and then move around, and came back to Bandung in 2007 until now. My grandfather family moved from Aceh to Jakarta and Bandung, so most of my family stayed in Jakarta and Bandung. My father married with my mom who was born and grew up in Bandung as well, so basically, even though I have “Lubis” as my last name, which familiar as the family name of Mandailing, North Sumatra citizen, but for me, Bandung is my place.
Saya lahir di Bandung dan tinggal di sana sampai usia 14 tahun, dan setelah ke sana ke mari, saya kembali menetap di Bandung sejak tahun 2007 hingga saat ini. Keluarga kakek saya pindah dari Aceh ke Jakarta dan Bandung, karena itulah kebanyakan keluarga saya tinggal di kedua kota tersebut. Aayah saya menikah dengan mojang Priangan yang lahir dan besar di Bandung, jadi meskipun saya memiliki marga “Lubis”, yang merupakan bawaan dari turunan Mandailing Sumatra Utara, tetapi bagi saya, Bandung adalah tempat saya.
I feel so lucky I stay in Bandung, this is the best city in Indonesia that very much appreciate individual identity, friendly, creative, and humble. I do not need to show all the jewels and money to be recognize as the fame and famous, or to bring out all the educational backgrounds, family, and so on to recognized as the “important one”, but all I need in Bandung is to be able to be as creative as possible, original, and just be yourself to be reckoned. Most of people who live in Bandung prefer to have their own business instead of working as an employee including government employee. It seems that for Bandung people, though it is not that big, but being self-employed and having “different products and style” are very important.
Saya merasa sangat beruntung tinggal di Bandung, ini adalah kota terbaik di Indonesia yang sangat menghargai identitas individu, ramah, kreatif, dan senang bergaul. Saya tidak harus mempertontonkan perhiasan dan uang untuk dianggap kaya dan terkenal, atau bawa embel-embel latar belakang pendidikan dan keluarga untuk diakui sebagai orang penting, yang dibutuhkan di Bandung adalah untuk bisa sekreatif mungkin, original, dan menjadi diri sendiri untuk dihargai. Kebanyakan orang Bandung memilih bekerja sendiri daripada bekerja sebagai pegawai termasuk pegawai pemerintah. Sepertinya, bagi warga Bandung, meskipun tidak besar, menjadi pengusaja dan memiliki produk serta gaya sendiri sangatlah penting.
Jaipong Dance Source:
https://twitter.com/serelariau56/status/661809926587596800
- serelariau56
It is the culture of Sundanese, the local ethnic from West Java, that like to have fun together. It shows by its traditional dance, music, and traditions, such as Jaipong Dance, Angklung Music, Wayang Golek (puppet), an others that shows togetherness and invite all to get involve and have fun together in a very descent way. This culture and traditions are kept up till now, and even in Bandung, to wear traditional clothes in daily life is a pride. My children have to wear kebaya and batik every Wednesday till Friday to go to school, students in Bandung have their traditional uniforms as well as the teachers to educate and preserve the culture and tradition.
Itu memang budaya orang Sunda, etnis lokal dari jawa Barat, yang senang berbagi kesenangan. Ditunjukkan dengan tarian, musik, dan tradisi, seperti tari Jaipong, musik angklung, wayang golek, dan lainnya yang menunjukkan kebersamaan dan mengundang semua untuk bersenang-senang bersama dengan cara yang menyenangkan. Budaya dan tradisi ini dijaga sampai sekarang, dan bahkan di Bandung, mengenakan pakaian tradisional sehari-hari adalah kebanggan. Anak-anak saya harus mengenakan kebaya dan batik dari Rabu hingga jumat untuk sekolah, murid-murid di Bandung memiliki seragam tradisonal, begitu juga para guru untuk mendidik dan melestarikan budaya dan tradisi.
Source: http://www.vacationu.com/saung-angklung-udjo-bandung/
One of good example is Saung Angklung Mang Ujo, angklung is Sundaness traditional music instrument made by bamboo, and all who wants to know, learn, and play, just come to Mang Ujo’s place. It is very difficult to find a place like this, where you can feel the strong traditions and culture but all can accept and really have fun. That is why Bandung is also known as the Smart City, Bandung is advance and love to think further. Techonolgy develop very quick in here, Bandung used to have microchip industry, PT. Omedata Electronics, where I used to work to deal with customers from all over the world, including AMD, Mercedes, and Panasonic. But, then it was closed a few years ago, but Bandung is still the place for the largest telecommunication industry and education in Indonesia.
Anda dapat melihatnya dari Saung Angkung Mang Ujo, angklung adalah musik tradisional Sunda yang terbuat dari bambu, dan semua yang ingin tahu, belakar, dan bermain tinggal datang saja ke sana. Sangat sulit mencari tempat seperti itu, di mana bisa merasakan tradisi dan budaya yang kuat tetapi semuanya dapat diterima dengan baik dan menyenangkan. Karena itulah Bandung juga dikenal sebagai Smart City, Bandung selalu terdepan dan suka banget berpikir lebih maju. Teknologi berkembang dengan sangat cepat di sini, Bandung pernah memiliki industri microchip bernama PT. Omedata Electronics, di mana saya pernah bekerja di sana untuk berhubungan dengan pelanggan dari berbagai dunia termasuk AMD, Mercedes, dan Panasonic. Namun industri ini ditutup beberapa tahun lalu, tetapi Bandung tetap menjadi pusat industri dan pendidikan telekomunikasi di Indonesia.
The climate in Bandung is very nice, mostly around 19-24 Celcius degree, and since a long time ago, a lot of foreigners came to stay and live in Bandung. I am used to have friends at school from diverse ethnics, religions, and different countries. Since I was in kindergarten until now, I have friends in Bandung and we all are different: Sundanese, Batak, Javanese, Ambonese, Acehnesse, Palembang, Padang, Chinese, Deutch, Dutch, Italy, Americans, Australians, and others. The thing is, respect is not only in the mouth, but it is showed in actions. It doesn’t matter rich or poor, ugly or beautiful, educated or not, as long as we know exactly how to bring ourself to the society, we can be accepted. Speaking more than 2 languages is normal, and it is not difficult to find those who can speak 3 or 4 languages.
Cuaca di Bandung sangat nyaman, biasanya antara 19-24 derajat Celcius, dan sejak dulu banyak orang asing yang datang dan tinggal di Bandung. Saya sudah terbiasa punya teman di sekolah dari berbagai etnis, agama, dan bahkan dari manca negara. Sejak saya masih TK sampai saat ini, saya punya teman di Bandung yang berbeda-beda : Sunda, Batak, Jawa, Ambon, Aceh, Palembang, Padang, Cina, Jerman, Belanda, Itali, Amerika, Australia, dan lainnya. Yang terpenting saling menghormati itu bukan hanya sekedar di mulut, tetapi ditunjukkan dalam setiap perilaku. Tidak peduli kaya miskin, cantik atau tidak, sekolah atau tidak, selama kita bisa membawa diri, pasti akan mudah diterima. Mampu berbicara dua bahasa sudah biasa di Bandung, tidak sulit menemukan orang yang fasih 3-4 bahasa asing di Bandung.
This kind of behaviour really comfortable for me and perhaps for a lot of others, and this is good for Bandung. Bandung people tend to come back to their hometown and build it, instead of working somewhere else. Even like me and my friends who used to live outside Bandung and abroad, we do not have to worry about culture shock and changes, everything just that smooth and easy. Perhaps that is why Bandung is called Paris van Java, not only because Bandung is so green and flowery, the art and cultures, but also because of the people, the attitude and manners.
Perilaku seperti ini sangat membuat saya nyaman dan mungkin juga buat banyak yang lainnya, dan sangat baik juga bagi Bandung. Orang Bandung cenderung kembali ke kotanya dan membangun daripada kerja di daerah lain. Bakan seperti saya dan kawan-kawan lain yang sudah terbiasa tinggal di luar Bandung bahkan di luar negeri, kami tidak perlu takut lalu terkejut budaya dan perubahan, semuanya sangat mulus dan mudah. Mungkin karena itu jugalah Bandung dijuluki sebagai Paris Van Java, bukan hanya karena Bandung hijau dan berbunga, seni dan budayanya, tetapi juga karena perilaku dan tata krama masyarakatnya.
I think that is the reason as well, why Asia Africa conference was held in Bandung since the beginning. The wonderful environment, hospitality of the people, education, and great combinations of traditions and modernization have make Bandung very comfortable place to do a lot of thing peacefully. Eventhough the people can extremely fight and rebel, such as what happened with “Bandung Lautan Api – Bandung the Ocean of Fire -, people in Bandung can unite together, made a shocking and unpredictable movement, that really worked to fight against the enemy. The way people in Bandung fight, mostly with art and creativity, and actually this is a very sharp and powerful knife, as we know all political changes and movements in this world starts with art and creativity, not by guns and violence. Hence, so many artist, musicians, writers, and teachers in Bandung, the situations and conditions are helping all to be as creative as possible.
Saya pikir mungkin ini alasan kenapa Konferensi Asia Afrika itu diadakan di Bandung sejak awal. Lingkungan yang nyaman, keramahan penduduknya, pendidikan, serta kombinasi luar biasa antara tradisi dan modernisasi membuat Bandung menjadi tempat yang nyaman untuk melakukan apa saja dengan tenang. Meskipun Bandung juga bisa sangat keras dan berontak, seperti apa yang terjadi pada peristiwa Bandung Lautan Api, orang Bandung bisa bergabung serentak dan membuat kejutan tak terdua, dan sangat ampuh melawan penjajah. Bagaimana masyarakat Bandung melawan, memang kebanyakan dengan seni dan kreativitas, dan yang sebenarnya sangat tajam dan kuat, seperi yang kita juga ketahui bahwa semua perubahan dan pergerakan politik dunia ini selalu diawali oleh seni dan kreatifitas, bukan dengan senjata dan kekerasan. Karena itu, ada banyak seniman, musisi, penulis, dan guru di Bandung, karena situasi dan kondisinya memang sangat membantu untuk bisa sekreatif mungkin.
Bandung is also a city that full and surrounded by schools and universities. People from all over places including from abroad, come to Bandung to study. Bandung Institute of Technology, Pajajaran University, Parahyangan University, and NHI Tourism School are among the top campus in Bandung. There are a lot more, just check this link to know more about the names and number of campus in Bandung : https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_perguruan_tinggi_di_Bandung. Really a lot compare to mostly big city in Indonesia.
Bandung juga kota yang dipenuhi dan dikelilingi oleh sekolah dan kampus. Orang datang dari berbagai tempat termasuk dari luar negeri untuk belajar di Bandung. Institut Teknologi Bandung, Universitas Pajajaran, Universitas Parahyangan, dan Sekolah Pariwisata NHI adalah di antara kampus terkenal di Bandung. Masih ada banyak lagi, silahkan saja cek di link ini untuk mengetahui jumlah dan nama-nama kampus di Bandung : https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_perguruan_tinggi_di_Bandung. Jumlahnya memang sangat banyak dibandingkan dengan kebanyakan kota besar lainnya di Indonesia.
Well, this is just my view and perceptions, and I do not know about others. Though Bandung is too late to know about Steem and Steemit, but now we have some people joined Steemit : @jharyadi @gerryadiagusta @ekonugroho @bobbychahya @gethachan @diantikaie @jabrik. Yesterday, I was invited by @jharyadi to promote Steem and Steemit in his writing class, and it was fun. @jharyadi wrote about this already, and this is the link: @jharyadi/promosi-steemit-di-kota-cimahi-bersama-marisa-lubis. All are excited and all sign in to Steemit, and now are waiting for their password. There will be more Steemian from Bandung, just wait and see!
Mungkin ini hanya pandangan dan persepsi saya saja, tidak tahu bagaimana pandangan lainnya. Meskipun Bandung terlambat mengenal Steem dan Steemit, namun sekarang sudah ada beberapa orang yang bergabung : @jharyadi @gerryadiagusta @ekonugroho @bobbychahya @gethachan @diantikaie @jabrik. Kemarin, saya diundang oleh Kang @jharyadi untuk mempromosikan Steem dan Steemit di kelas menulisnya, dan sangat menyenangkan. Kang @jharyadi sudah menceritakannya semua di posting ini: @jharyadi/promosi-steemit-di-kota-cimahi-bersama-marisa-lubis. Semua sangat tertarik dan langsung mendaftar, tinggal menunggu password saja. Akan ada lebih banyak lagi steemian dari Bandung, tunggu saja!
Interview with @jharyadi about Steem and Steemit.
<Wawancara dengan Kang @jharyadi tentang Steem dan Steemit
Thanks @futurethinker and @starkerz for all the support!
Bandung, 7 November 2017
Warm Regards – Salam hangat selalu,
Mariska Lubis