Eskimo Folktales #12 - The Dwarfs | Para Kurcaci

Seorang lelaki kuat menolong kurcaci tua di laut dan kemudian mukim di kampung kurcaci. Apa yang terjadi kemudian adalah tragedi yang tak diinginkannya.


Source: Pixabay

Seorang lelaki sedang melaut dengan kayaknya ketika melihat kayak lain di kejauhan. Dia pun mendayung ke sana. Ketika dia sampai, dia melihat bahwa orang di dalamnya adalah lelaki yang sangat kecil, seorang kurcaci.

"Apa yang kamu inginkan," tanya kurcaci itu, yang sangat takut pada lelaki itu.

"Aku melihatmu dari jauh dan mendayung," kata dia.

Tapi kurcaci itu benar-benar gelisah dan takut.

"Saya sedang berburu anjing laut kecil tapi tidak bisa saya tombak," katanya.

"Biar aku coba," kata yang lain. Maka mereka menunggu sampai anjing laut itu muncul di permukaan untuk bernapas. Saat dia nongol, tombak-tombak meluncur ke arah binatang buruan itu dan menancap di antara bahunya.

"Ai, ai, lemparan hebat!" seru kurcaci itu dengan tercengang. Dan lelaki itu menangkap anjing laut itu dan mengikatnya dengan cepat.

Kemudian dua kayak itu berangkat menuju daratan.

"Hum-hum. Tidak peduli ... datanglah dan kunjungi kami?" kata si kurcaci tiba-tiba. Dia bicara dengan tergesa-gesa dan mlu-malu.

Tapi pria ini dengan senang hati akan melakukannya.

"Hum-hum. Aku punya seorang istri... dan seorang anak perempuan... anak perempuan yang sangat cantik ... hum-hum. Banyak pria menginginkannya... tidak akan memilikinya... tidak bisa membawanya pergi dengan paksa... sangat kuat. Terpikir untuk mengambilnya sendiri untuk jadi istri ... hum-hum. Tapi dia terlalu kuat untukku ... anak perempuan sendiri."

Mereka mendayung sebentar dan kemudian si kecil berbicara lagi.

"Hum-hum. Mungkin untukmu ... kamu bisa mengaturnya ... apa bisa?"

"Mari kita temui dia dulu," kata pria itu. Dan sekarang mereka mendayung ke celah karang besar.

Ketika mereka sampai di pantai, mereka mendarat dan langsung pergi ke rumah lelaki kecil tua itu. Orang-orang di rumah itu berusaha melayani tamu mereka sebaik mungkin. Lalu mereka duduk bersama dan lelaki kecil tua itu berkata: "Hum-hum... tamu kita sudah mendapat tangkapan ... dia datang membawa makanan."

Dengan mudah terlihat bahwa mereka akan dengan senang hati mencicipi daging anjing laut kecil itu. Sang tamu berkata: "Jika kamu ingin memasak daging itu, maka siapkanlah alat masaknya dan potonglah sesuka hatimu. Potong dan berikan kepada mereka yang ingin memakannya."

Orang tua kecil itu senang mendengarnya dan menyuruh dua perempuan warganya untuk memotong anjing laut itu. Mereka menunggu lama dan tidak ada yang datang membawa daging itu. Maka, orang tua kecil itu keluar untuk mencari mereka.

Dan di sana berdiri kedua wanita itu, berusaha mengangkat anjing laut kecil itu, yang tidak bisa mereka seret dari pantai. Mereka bahkan tidak bisa melakukannya meski dengan bantuan orang tua itu. Mereka bertiga membungkukkan tubuh mereka ke tanah berusaha menariknya tetapi anjing laut itu tidak bergerak juga. Akhirnya orang asing itu keluar dan memegang sirip anjing laut itu dengan satu tangan dan menyeretnya.

"Betapa kuatnya. Betapa kuatnya! Lelaki itu memang raksasa," teriak para kurcaci. Mereka lalu bersimpuh dan hendak memotong anjing laut itu. Tetapi, bagi mereka, itu seperti memotong walrus besar, mereka bekerja keras untuk memotong anjing laut kecil itu.

Para kurcaci lain dengan bergegas turun dari rumah-rumah mereka dan berharap mendapat bagian. Para wanita membagi-bagikan daging itu. Setiap orang diberi tidak lebih dari sedikit tulang dada, tetapi bagi mereka ini adalah sepotong daging yang sangat besar. Ketika mereka memegangnya, daging itu bergayut mencapai tanah, tangan dan pakaian mereka berbalur lemak.

Di sebuah bangku di dalam rumah, duduk seorang perempuan tua yang mulai berusaha membuat dirinya diterima oleh tamu itu. Dia meringkuk dekat dengannya dan terus berbicara dengannya dan menatapnya dengan ramah. Dia tua dan jelek dan lelaki itu tidak bertindak apa pun terhadapnya. Tiba-tiba dia bersiul keras. "Ugh-ugh!" teriak perempuan tua itu dengan ketakutan dan jatuh dari bangku. Lalu dia terhuyung-huyung keluar dan menghilang.


Source: Internet Archive

Setelah berpesta daging anjing laut, para kurcaci di rumah-rumah atas berteriak: "Biarkan tamu itu datang ke sini. Kita punya hati untuk dimakan!"

Karena tamu itu tidak langsung datang, mereka berteriak lagi. Dan kemudian lelaki itu naik. Rumah itu penuh dengan orang, semua sibuk makan hati itu.

"Sangat sulit memotongnya," kata para kurcaci. "Ini sudah kering."

Para kurcaci itu bekerja sekeras mungkin tetapi tetap tidak bisa memotongnya. Lalu sang tamu mengambil dan mengunyahnya seakan-akan itu daging segar.

"Ai, ai, lihat bagaimana dia bisa memakannya," teriak beberapa orang.

Semua orang di rumah itu sangat baik kepadanya dan dengan senang hati akan menikahkan dia dengan anggota keluarga mereka. Para wanita muda itu mendandani rambut mereka dengan cangkang kerang agar tamu itu tertarik pada mereka. Tetapi sang tamu tidak memperhatikan satu pun dari mereka karena anak perempuan lelaki tua itu adalah yang paling cantik.

Lalu sang tamu kembali ke rumah lelaki tua itu ketika waktu istirahat tiba. Dan dia mengatakan akan menikahi putrinya. Maka mereka pun menikah dan hidup bahagia bersama hingga dianugerahi seorang anak.

Lalu lelaki itu mulai merindukan kampung halaman dan kerabatnya. Dia lebih banyak memikirkan ibunya yang telah tua dan masih hidup ketika dia pergi. Maka, pada suatu hari dia mengatakan akan menengok rumahnya.

"Kami semua akan pergi bersamamu," kata lelaki tua kecil itu. "Kami akan mengunjungi sanak saudaramu."

Maka mereka bersiap-siap untuk melakukan perjalanan dan berangkat.

Mereka pun sampai di kampung halaman lelaki itu. Semua orang di sana tercengang ketika melihat teman lama mereka masih hidup karena mereka mengira dia sudah mati sejak lama.

Para kurcaci kemudian hidup cukup bahagia di kampung itu.

Suatu hari ketika nenek kecil kurcaci itu sedang duduk di lorong masuk rumah bersama anak kecilnya dan tak sengaja menjatuhkan anak itu di lorong.

"Slurp-slurp-slurp," hanya itu yang dia dengar. Seekor anjing besar, wajahnya hitam di satu sisi dan putih di sisi lain, berbaring di lorong dan memakan anak kurcaci itu.

"Ai-ai," teriaknya. "Tidak ada yang tersisa kecuali sedikit noda di tanah."

Para kurcaci jadi ketakutan dan lelaki tua kecil itu memutuskan untuk pulang. Maka mereka mengumpulkan barang-barang dan berangkat.

Kini, setiap kali datang ke kampung itu, mereka akan pergi ke pantai dan lelaki tua itu selalu naik ke perkampungan dengan kulit tenda di punggungnya.

"Apakah ada anjing di sini? Apakah ada binatang buas dengan wajah hitam-putih?" selalu itu hal pertama yang dia tanyakan.

"Ya, memang," jawab penduduk kampung. Orang tua itu langsung kembali ke kapalnya karena begitu besar ketakutannya pada anjing.

Dan, akhirnya kulit tenda itu sudah cukup kusam karena dibawa ke pantai dengan sia-sia.

Suatu hari, ketika angin mulai berhembus dari utara, penduduk kampung hendak berbohong.

"Apakah ada anjing di sini?" tanya lelaki tua itu dan merintih karena dahinya sudah berat menanggung kulit tenda. Tapi, sebelum ada yang menjawab, dia mendengar gonggongan anjing itu. Langsung saja dia kembali ke kapalnya.

Angin semakin kuat. Lautnya berbuih putih dan busanya berserakan.

Kurcaci tua itu berdiri di atas kapalnya dan menangis: "Langit membentang ke timur dengan awan-awan jambul."

Seakan sebuah lagu sihir, laut kembali tenang dan cerah.

Kemudian lelaki tua itu melanjutkan nyanyiannya. Begitu hebatnya kekuatan kata-kata ajaibnya sehingga dia bisa menenangkan laut. Tetapi, dia tidak memiliki kedamaian karena anjing-anjing itu.

Maka, dia melanjutkan perjalanannya. Tak ada yang tahu ke mana dia akhirnya pergi. Saya juga tidak tahu.



Cerita ini diterjemahkan dari "The Dwarfs" di Eskimo Folk-Tales yang disunting oleh Knud Rasmussen (Gyldendal : 1921) dengan sejumlah modifikasi. Versi asli dalam bahasa Inggris dapat dibaca di Project Gutenberg.

This is my Eskimo Stories Project. I translate Eskimo Folk-Tales (Gyldendal : 1921) into Bahasa Indonesia to introduce Eskimo art and culture to Indonesian and Malay-spoken language readers. There will be more than 50 stories I will publish. If I have enough money, I plan to print them in a book format. You can support me by upvote and resteem this post. I receive any donation for this project. Read all stories in tag #eskimofolktales.


#blogiwankwriting #ksijakarta #jakarta #indonesia #steemitbudaya #steem #steemit #budaya #life #culture #writing #story #literature #literary #book #eskimo #inuit #alaska #polar


Recent Posts


I hope you like my work. Please upvote and resteem this post and follow @blogiwank if you support me.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now